Join VSI Disini

SUPPORT VSI

Saturday, April 13, 2013

Menulis Opini untuk Media

Menulis opini di media merupakan salah satu pengukuhan eksistensi diri seorang penulis selain menulis buku. Opini, selain sebagai sarana mengemukakan pendapat pribadi atas masalah yang tengah berkembang, juga bisa menjadi ajang evaluasi proses belajar menulis yang bersangkutan. Indikator utamanya adalah apakah tulisan kita berhasil dimuat. Kredibilitas media yang memuatnya juga menjadi indikator yang tak kalah penting. Dua indikator keberhasilan ini harus dicapai melalui persaingan yang sangat ketat mengingat semua penulis bahkan tokoh nasional banyak yang "bermain" di medan ini.

Pertanyaannya kemudian, bagaimana cara menulis opini yang memiliki peluang besar untuk dimuat di media?

Hal penting sekaligus hambatan pertama dalam menulis opini adalah keberanian untuk mencoba, mencoba dan terus mencoba. Segala teknis menulis akan tidak ada artinya jika pada akhirnya kita tidak memiliki keberanian atau memaksakan diri untuk mencoba.

Langkah selanjutnya tentu adalah kontinuitas untuk terus menulis dan menulis. Saya lupa siapa, tulisan pertama yang berhasil dimuat di media dari penulis yang sudah cukup terkenal ini adalah tulisan yang ke-1000 sekian yang beliau kirim ke media. Sangat bersemangat dan pantang menyerah sekali bukan?

Sekarang masuk ke substansi tulisan. Artikel opini, dalam pengamatan saya terutama pada artikel teman-teman yang dimuat media, adalah tulisan yang memiliki bobot alias berkualitas. Masalah yang dibahas jelas, disampaikan secara lugas serta memiliki nilai ilmiah dan manfaat atas masalah yang tengah dibahas. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa untuk menulis yang bagus, kita harus memiliki "bahan" yang bagus pula. Dengan kalimat lain, tak mungkin menulis tanpa membaca.

Selain beberapa poin penting di atas, "strategi" membidik media juga sangat mempengaruhi keberhasilan kita untuk menembusnya. Secara umum, strategi yang paling utama adalah kemampuan kita untuk mengikuti tema aktual/arus utama yang tengah berkembang. Jika kasus Nazaruddin sedang menjadi isu hangat, tulisan tentang ini akan memiliki peluang besar untuk segera dimuat dibandingkan jika kita menulis tentang TKI. Mengingat isu di negara kita sangat mudah berganti bahkan dalam hitungan hari, kecepatan dan ketepatan membidik tema menjadi salah satu tantangan terbesar. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan tema yang kurang aktual tidak memiliki peluang, bergantung bagaimana kita menyajikannya.

Strategi kedua adalah menyesuaikan kemampuan diri dengan media yang ingin kita tuju. Jika kita masih dalam tahap pemula, jangan langsung membidik Kompas atau media nasional lain yang memiliki rating tinggi. Kita bisa mulai dengan media lokal atau jika kita benar-benar masih dalam tahap mulai belajar, cobalah media Citizen Journalism terlebih dahulu. Ini semacam media menulis bagi masyarakat umum baik dalam bentuk reportase atau opini. Banyak media yang menyediakan sarana ini, umumnya adalah media online seperti Kompasiana, Media Indonesia Online, Harian Online Kabar Indonesia, Tribunnews dan masih banyak lagi. Jika tidak melanggar aturan dasar admin, tulisan yang kita kirim pasti dimuat. Tahapan ini pula yang saya jalani sekitar dua tahun sebelum akhirnya berani mencoba mengirim tulisan ke media cetak dan bersaing secara fair dengan penulis profesional.

Cara lain yang dapat ditempuh untuk mengasah kemampuan dan keberanian menulis opini adalah melalui rubrik Gagasan. Formatnya seperti opini (berupa pendapat atas masalah yang tengah aktual, biasanya juga disertai dengan solusi singkat namun lebih singkat, umumnya hanya berkisar 200-500 halaman). Persaingannya tidak terlalu ketat seperti rubrik opini. Banyak media yang memiliki rubrik ini, seperti Jawa Pos (setiap hari kecuali minggu) dan beberapa media lokal/regional seperti Harian Suara Merdeka dan Surya.

Copas Dari : http://ririnhandayani.blogspot.com/2012/10/menulis-opini-untuk-media.html

No comments:

Post a Comment