Selasa, 07 Mei 2013
GEJALA ini sudah lama terjadi saat ada hajatan politik.
Banyak kontestan yang bernazar demi kesuksesan mereka. Namun, banyak nazar yang
hanya digunakan buat happy-happy.
Contohnya, bernazar menggunduli kepala. Apa susahnya nazar ini? Lagi pula tak
terlalu relevan dengan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan. Bersyukur kok rambut
yang jadi korban.
Daripada bernazar menggunduli kepala atau nazar lain yang
kurang bermanfaat, lebih baik nazarnya berupa tasyakuran dengan membagikan
makanan matang atau sembako. Selain membagikan-bagikan berkah dengan bersedekah
kepada para rakyat, kita mendapatkan pahala dari Yang Kuasa. Ditambah lagi,
orang yang membayar nazar itu akan mendapatkan kasih saying karena telah mau berdekat-dekat
dengan rakyat. Mari sayangi rambut dan sesame.
Pengirim : M. SALAMUN ASNGARI, Mahasiswa STAIN Ponorogo, Ponpes Darul huda, Tonatan, Ponorogo
No comments:
Post a Comment